Sumber: Liputan6

        Meski sudah 4 tahun berlalu, peristiwa 13 Mei 2018 yang terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela, masih melekat di ingatan Desmonda. Bagaimana tidak, saat kejadian itu, Desmonda sedang bertugas parkir di samping Gereja. Dia juga melihat sepeda motor yang dikendarai pelaku sebelum melakukan aksinya. “Aku masih ingat semuanya. Tapi aku dapat banyak pelajaran hidup dari peristiwa itu, yaitu belajar untuk memaafkan”, jelasnya. Diakuinya, butuh waktu seminggu untuk bisa menerima kenyataan bahwa dia harus menjadi korban dalam peristiwa iman itu. Serpihan logam yang bersarang di kaki dan lehernya menjadi saksi iman dari kekejaman para pelaku. ‘Waktu itu sempat marah juga, kenapa harus aku yang menjadi korban. Apa salahku dengan mereka”, kata anak muda Wilayah V ini. Beruntung, dukungan dari keluarga, Suster, Romo dan kerabat, membuatnya bisa menerima kenyataan dan bangkit. Dia justru iba melihat nasib para pelaku yang harus kehilangan nyawanya. “Justru sejak kejadian itu, aku menjadi lebih sabar, menjadi lebih gampang memaafkan karena kita enggak ngerti apa yang akan terjadi nanti, besok atau minggu depan. Yang pasti, berusaha menabur kebaikan saja”, tambah cewek yang aktif dalam kegiatan OMK ini. “Semoga tidak ada lagi kejadian seperti itu dimanapun juga”, imbuhnya. (noe)